#Edisi 13 -SketZ-Adana -Hanya K.E.B.A.P tak Lebih

-Pesona Kabar Ramadahan dari Turkey-
Catatan Sang -Penakluk Sejarah-

Hanya K.E.B.A.P tak lebih
By. SketZ

Sahabat LKS Mit-ers Kabar Ramadhan Edisi #13 from Turkey ini ditulis oleh salah satu Kontributor team. Tangan terampilnya menyusun kisah sederhana begitu brasa. Selamat membaca ^^

***

kebab-shop

“Jaga disetiap detik hatimu berucap mengingat ini masih menginjak minggu kedua Ramadhan..”

Haha merasa aneh tidak dengan kalimat diatas? Tak usah berbohong, aku pun yang menulis kalimat itu harus mengejanya berulang hingga hati ini pun mengerti maknanya, bukan mulut saja yang mengucap. Memasuki 10 hari kedua dalam bulan tercinta, itu tandanya setengah jalan hampir kita lalui, dan jangan sampai waktu yang melalui kita.

Meneliti kalimat petikan diatas, otak selalu memutar naskah cerita dihari pertama puasa Ramadhan, yang saat itu ..

“Yah kok kita dapat lauknya dikit sih nggak kayak mbak sebelah..” Emang sengaja kami orang asing yang berasal dari Negara kepulauan mengeluh dengan bahasa kami sendiri seraya merautkan lelukan bibir. Yaa bisa disimpulkan sendiri, orang Turki disekitar kami hanya membalas dengan tatapan “ingin tahu apa yang kami bicarakan”.

“Yaudah minta lagi sama ibu dapurnya..” Sepertinya belum ku kenalkan. Dia. Satu satunya gadis yang senegara denganku dengan perbedaan sifat yang emm tak bisa didiskripsikan kebaikannya. Dengan dirinya yang bernama Tri selalu mampu meredam emosiku, keluhanku, dan cerewetku haha.

“Emang boleh?” Tuh kan dibilangin juga apa, sifat pesimis diri ini selalu hadir kapan aja, sekalipun itu masalah makanan.
“Boleh kok.”
“Yaudah deh entar aja..” Dengan nada yang masih pesimis ditambah balutan pasrah dalam perut dan hati.
Tik tok tik tok ..

Antrian panjang yang meraung inginkan makanan itu tak mereda, sekalipun jarum jam mulai melangkah ke angka 20:00, yang tandanya 10 menit sebelum berbuka. Dan aku yang masih terpaku menatap lauk yang isinya lebih banyak kuah dari pada kentang, lebih banyak kentang dari pada wortel, daaaan lebih banyak wortel dari pada daging. Haha.

Sambil berlalu cakap dengan kak Tri untuk menghindari rentetan keluhan lainnya, ibu itu datang membawakan semangkuk yang isinya tak terhitung daging dan kuah. Ibu itu, ibu dapur. Yang sedari awal aku bicarakan. Aaah sungguh mulut tak mampu lagi berucap terimakasih, mata pun nyaris kenyang menatap daging daging itu. Yang terbesit, apa beliau pernah bersinggah ke Indonesia hingga mampu mengartikan apa yang sedari awal kami bicarakan?

Ah sungguh hati ini leleh mengingat ini hari pertama Ramadhan, dalam diam sungguh sesak mengingat aku punya Allah yang Maha Mengetahui segala yang kami sembunyikan, sekalipun itu didalam hati. Alhamdulillah hari itu membuat aku tersadar bahwa hati ini harus dijaga untuk segala bentuk kebaikan.

Hari selanjutnya kami dijadwalkan mendapat undangan buka bersama dengan orang Turki disalah satu rumah.

“Semoga bukaannya Kebap aamiin..” Nggak kok, kali ini bukan aku yang bilang, tapi kak Tri hihi. Aku yang mendengar itu hanya menatap jalanan lalu dengan berbisikkan “Aamiin..”

Berbeda dengan hari lalu, perjalanan kali ini lebih merasakan lelah dan membuang waktu dalam perjalanan. Dalam perjalanan pun mata ini ingin selalu ku jaga dalam pandangan zina, serta melihat makanan dan minuman yang membatalkan. Jemari ini pun menjadi sasaran untuk lahan mencari RidhaNya. “Bentar lagi kita turun..” Bisik dia orang disampingku.

Adzan berkumandang, sedang kami masih dalam tahapan meraih rumah itu. Disana. Terasa jauh emang. Sedikit rada memuncak lalu berbelok. Satu dua tiga. Lebih dari tiga restoran kami lewati. Dan seketika mataku terjepit saat melewati restoran dengan judul, “Hasanusta Kebap..”. Kebap. Masih ada rasa harap untuk dihidangkan kebap oleh sang pengundang buka puasa.

“Waalaikumsalam. Selamat datang..” Walaupun masih belum terbiasa dengan cipikan mereka, ah yasudahlah Lillahita’ala.

Setelah melewati salam dari ibu pemilik rumah, 3 anak pemilik rumah, dan 1 tetangga pemilik rumah, kaki disela oleh mata untuk memasuki ruang dimana makanan itu dihidangkan. Daaaan makanan itu. Benarkah itu? Alhamdulillah. Tak hentinya hati bersyukur pada Nya. Dengan corba (sup turki) yang disampingnya ditemani dia, lahmacun. Namun kebap itu tak terlihat. Ah kebap itu bersembunyi dimana kau?

Setelahnya shalat magrib bukanlah bersiap untuk ke masjid, kami masih dihidangkan dengan itu. Itu yang sangat khas dinegara dua benua. Itu yang tak pernah kami tolak untuk disantap. Dan itu, manisan. ‘Kadayif’ namanya. Kembali, bukan kebap yang ka Tri inginkan.

Esok dan esok kembali diundang dirumah yang berbeda. Yang kadang jauh kadang hanya tinggal merangkak. Dan seperti biasa, orang Turki lebih suka dengan kata ‘dadakan’. Yang seharusnya hari itu ada kegiatan diskusi dengan teman lain pun harus ditunda.

“Besok yang buka dirumahnya Sevgi berapa orang?” Dan untuk kesekian kalinya. Kata ‘dadakan’ hadir ditelinga. Yang besok adalah hari diskusi yang tak mungkin lagi tuk diubah. Huff seraya menghela.

“Dari grup mbak Sumeyye ada 7 orang..”
“Ditambah mbak Elif, Nurul sama Tri..” Nama itu, namaku juga disebut. Tak terfikirkan jauh. Mulai menuliskan sesuatu diotak untuk bisa disampaikan dengan indah, tanpa menyakiti. “Mbak maaf saya besok ada kerjaan, jadi nggak bisa ikut.” Dan tulisan itu berhasil ku ucapkan ketika dia, yang esok rumahnya akan kami datangi sedang duduk manis disampingku.

“Ayolah kalian datang aja..” Bujuknya dalam isyarat matanya.
“Mungkin saya nggak bisa, tapi mungkin ka Tri bisa..” ku akhiri dengan senyuman agar hatinya pun mengerti. Senyuman. Senyuman yang pernah membuat seseorang bilang padaku, “Anak itu suka padamu..” Senyuman yang kan bisa membuat dunia berubah nantinya.
Dalam berlalu, sebenarnya aku juga tak ingin absen dalam program buka puasa bersama, yang walaupun harus ku relakan kedua pipi ini dicipika mereka.

“Ayo datang aja. Makannya kebap.” Kebap. Benarkah? Ah sebenarnya bukan aku yang terlalu inginkan. Tapi entahlah ikatan kami berdua, diriku dengan ka Tri yang membuat ikatan menjadi persaudaraan bukan lagi teman. Apa yang diinginkan olehnya pun seolah aku coba untuk menjadi inginku. Dan sekarang lihatlah. Keinginannya, keinginan saudara perjuanganku kan terenggut. Mampukah aku runtuhkan?

***
“Ada yang mau ditanyakan? Kalau nggak ada, diskusi hari ini selesai. Makasi semua buat kedatangannya.” Seperti biasa, kami selalu ditunggui oleh mereka, mbak mbak yang akan berangkat buka puasa bersama. 19:07 sudah lewat dari 7 menit dari perjanjian kami. Angkot yang kami tumpangi sekalipun terlalu lamban untuk bergerak.

“Kalo kita ditinggal mereka gimana ka?” Entahlah apa mungkin pemilik golongan darah A selalu mempunyai kecemasan yang tinggi? Haha aku pun masih dengan polosnya bertanya.
“Yaudah nggapapa.” Enteng ka Tri menjawab.
“Yah terus kebapnya?”
“Kalo rejeki nggak kemana..”
Ah seperti biasanya, bahkan kali ini terlihat yang lebih menantikan kebap itu adalah aku. Dan dia. Dia ka Tri selalu terlihat lebih dewasa dimanapun. Sejujurnya aku juga ingin seperti itu. Yasudahlah ini aku. Dimana aku lebih tau bagaimana cara mendewasakan diriku. Walau sampai detik ini pun sifat ke kanak kanakan lebih meratui aku.

“Kalian dimana?” Nomor itu tak ku kenali, entahlah dengan lancang ku terima panggilan itu. Haha sesuai dengan perkiraan, mereka akan selalu menunggui kami, walau seberapa lamanya kami ditunggui.

Daaan sampai dimana berapa hari yang lalu yang ka Tri inginkan tercapai. Itu. Itu disitu bukan lagi sup turki, bukan lagi lahmacun, namun dengan gagah kebap itu terpajang disetiap piring para tamu. Tamu itu adalah kami. Kami yang sedari tadi siap menyantap makanan khas kota kami sendiri, Adana.

Eits nggak cuma itu, Allah berfirman bahwa Dia selalu bersama dengan mereka yang sabar. Bukan hanya kebap sang ratu hari itu, ditemani ikan panggang yang entah sudah berapa lama kami tak sentuh. Hari itu, sungguh rasa Syukur padaNya tak hentinya kami dendangkan. Terimakasih ya Rab atas semua yang Kau berikan pada kami.

Dan ini menjadi memori indah buat aku. Akan ku coba kembali, apa yang sedang ku inginkan,ku coba dendangkan dalam hati dan wujudkan lewat mulut dalam setiap doa. insyaAllah diiringi bulan berkah, semua terasa lebih berkah datangnya. Aamiin.

Salam dari sketZ penakluk es krim rasa strawberi …

Tulisan disusun oleh Tim “Penakluk sejarah”
LKS Mit-ers [miturki.wordpress.com]

Hak Cipta : Tim Penakluk Sejarah LKS Mit-ers
Sumber Foto : Google.com

Leave a comment