#Edisi 09 Trabzon -Himawari- Istimewanya Malam Ramadhan

-Pesona Kabar Ramadahan dari Turkey-
Catatan Sang -Penakluk Sejarah-Kabar Ramadhan Edisi #9 from Turkey kali ini ditulis oleh salah satu Kontributor team yang berasal dari kota Laut Hitam pantai utara-timur, Trabzon. Keakraban dengan teman seperjuangan pada malam-malam Ramadhan begitu kental, ah…merindumu sahabat tanah airku ‪#‎eh‬-Istimewanya Malam Ramadhan-
Oleh: Uswatun Hasanah

1001691_434248603354884_469657_n
Ramadhan 1434 H merupakan ramadhan keduaku di negeri sarat kemenangan ini. Tahun sebelumnya aku berhasil menikmati masa-masa akhir ramadhan di sini, namun untuk tahun ini, Allah mengizinkan aku untuk merasakan bagaimana suasana awal ramadhan di tanah rantau ini. Sebuah tanda tanya besar yang aku miliki sebelumnya, seindah apakah euphoria Ramadhan di sini. Apakah setiap insan di negeri Al-Fatih bersemangat dalam menyambutnya atau bahkan sebaliknya?
Jika ditanya setiap bulan Ramadhan, hal apa yang paling aku sukai? Aku akan menjawab, semua hal yang dilakukan pada malam hari. Suasana malam hari kufikir lebih indah dibandingkan siang hari. Bukan karena di siang hari kita berpuasa di bawah teriknya matahari loh ya! Yang kita dibuat meleleh olehnya. Suasana malam Ramadhan itu memiliki hal yang spesial, terlebih lagi di sana terdapat sholat sunnah yang hanya dilakukan pada bulan Ramadhan, tak lain dan tak bukan yaitu sholat tarawih.Kalau boleh jujur, aku merasa diuntungkan oleh bilangan rakaat yang banyak di dalamnya. Itu membuat aku berlama-lama di dalam rumah-Nya. Tahun lalu, aku bersama teman-teman belum bisa merasakan bagaimana indahnya sholat tarawih di masjid. Setiap tarawih hanya bisa kami lakukan di asrama. Berjama’ah bersama teman setanah air. Maka dari itu, Ramadhan tahun ini sangat aku tunggu-tunggu kehadirannya terlebih lagi mengenai shalat tarawih.

Hari pertama Ramadhan, aku berangkat ke masjid bersama dengan abla (red: teteh/mba) Turki. Dengan suasana hati yang tak sabar pergi ke masjid dekat rumah. Malam itu akhirnya aku bisa menghirup nafas Ramadhan di negeri ini. Begitu damai dan menenangkan. Lantunan bacaan sholat dari imam memberi ketentraman hati seakan aku sedang berada di negeri Arab saat itu. Shalat bersama muslim dari belahan bumi lain itu menyadarkanku tentang arti sebuah ukhuwah. Meski aku hanya bisa sholat di masjid sederhana namun Allah mampu memberikan makna semangat untuk menyambut shaum esok hari.

Sepulang tarawih, aku merasa seperti terisi kembali ruhaniku. Allah menampakkan kebesaran Nya di kota kecil yang aku singgahi ini. Di perjalanan menuju rumah, seperti biasa, aku tak lupa untuk melihat keindahan langit malam. Malam itu bintang-bintang sungguh indah menghiasi langit. Mereka pun bahagia dalam menyambut awal Ramadhan ini.

Kenikmatan shalat tarawih di masjid tak ingin aku nikmati sendiri. Menjelang ujian akhir TOMER, sahabatku meminta menginap bersama di rumahku. Dia mengatakan, kalau di asrama rasanya tak bisa konsen untuk belajar bahasa Turki. Jadi malam itu sengaja aku mengajak dia untuk ikut mencicipi rasa shalat tarawih di masjid dekat rumahku. Dari ekspresi yang terpancar dari sudut wajahnya, kulihat kegembiraan dan rasa penasaran yang terbit darinya malam itu.

Sepanjang perjalanan menuju masjid, lisan kami tak henti untuk saling menyahut. Meski nyatanya sahabatku itulah yang paling mendominasi perbincangan kami. Dia mengatakan “alhamdulillah akhirnya bisa merasakan pergi ke masjid buat shalat tarawih. Rasa-rasanya kita seperti anak pesantren ya. Dari rumah-rumah kecil di pesantren menuju masjid sambil jalan cepet soalnya udah mulai adzan di masjid.” Saat itu, sedikit telat untuk berangkat. Akhirnya aku dan teman-teman sedikit ber-olahraga malam layaknya anak-anak di Indonesia. Akhirnya kami berhasil mencapai masjid bersamaan dengan berhentinya adzan. Walaupun sedikit berkeringat, namun Allah memberi kesejukkan untuk kami. Alhasil, kami bisa sholat dengan nyaman di sana.

Shalat rawatib, shalat isya, shalat tarawih dan shalat witir berhasil ditamatkan selama satu jam oleh imam. Dengan sholat tarawih berjumlah 20 rakaat dan bacaan imam yang sedikit cepat, tak mengurangi nikmat Ramadhan malam itu. Kami pulang dengan hati yang bahagia terlebih lagi sahabatku itu. Keluar dari masjid, sahabatku bilang “akhirnya bisa shalat tarawih di masjid juga, setelah selama ini di asrama (kebanyakan dari mereka memilih untuk shalat jama’ah di asrama). Tinggal suasananya yang kurang gara-gara nggak ada tukang bakso, cireng, siomay, batagor.” Ucapnya. Tawa kami pecah saat itu membayangkan suasana masjid seusai shalat di Indonesia.

Bagaimana pun juga, kami sangat merindukan suasana Ramadhan di tanah air. Suasana di mana kegembiraan anak kecil, remaja, dewasa dan orang tua bersatu di bulan ini. Keberkahan yang bisa diambil oleh semua tingkatan usia. Tidak seperti disini, sebagian besar hanya para orang tua yang datang ke masjid. Tak jarang juga terlihat beberapa keluarga berbondong-bondong menyusuri jalanan di pinggir laut Karadeniz dibandingkan shalat tarawih.

Ramadhan di Indonesia memang memiliki keunikan tersendiri. Menurutku, itulah kelebihan Ramadhan di sana. Atmosfer Ramadhan yang menyelimuti Indonesia menjadikan salah satu sumber kerinduan dari kami, para pencari ilmu.

Tulisan disusun oleh Tim “Penakluk sejarah”
LKS Mit-ers [miturki.wordpress.com]
Foto : suasana Karadeniz Trabzon..

Hak Cipta : Tim Penakluk Sejarah LKS Mit-ers
Sumber Foto : Google.com

Leave a comment