Evi Marlina Al-ardvici Kreatif

Ada Cinta di Rumah Yesil…

ASING!

Pukul 06:00 WIT aku berbaris panjang di barisan entah keberapa aku lupa. Lampu-lampu kuning putih berkilau terang menemani barisan ular panjang. Ada percakapan yang ramai, penuh seperti bola-bola salju yang sering kulihat di layar TV rumah, desas-desis di sisi kiri dan kananku. Aku hanya mengekor dengan ujung kedua mataku. Membumbuinya dengan senyum-senyum yang bahkan aku sendiri tidak mengerti maknanya.

***
YESIL!

Hijau adalah pukul 06:00 pertamaku pada durasi waktu 16 Jam perjalanan di Turkish Airlines. Yang di gugeldotcom “Brand” bilang itu Maskapai Surganya EROPA. Yang membawaku terbang lelap ke negeri AL-FATIH nya Islam. Hati siapa yang tak berdetak-detak kegirangan ketika tahu aku tidak akan berlari lagi, tapi kali ini terbang lepas landas, setalah sekian lama berlari mengejar dan kini tiba di pintu gerbang titik perjuangan. Ini menjadi catatan istimewa bagiku.

Hijau…
Suara asing yang pertama kali menyambutku di rumah Yesil itu adalah kalimat-kalimat pertanyaan singkat yang membuatku tergelak-gelak jika mengingatnya. Aku seperti tengah mendengarkan desing-desing suara lebah yang tengah terbang bergerombolan, seperti ini kala itu aku mendengarnya “misiniz, misiniz, musunuz, musus…” bla, bla, bla. Kata-katanya selalu berakhiran seperti itu. Entahlah aku lupa. Dan pemilik suara yang pertama kali menemani makan malamku  _yang berisi sepiring nasi dengan campuran bijih aneh yang juga tidak kutahu namanya itu_ hingga kini aku juga lupa siapa namanya. Haha…oyeeaah. Nama-nama pemilik suara berdesus “s” itu memang sulit untuk kuingat. Dan yang pasti, satu hal yang aku ingat betul hingga kini adalah, kehadiranku di rumah yang kuberi gelar “Yesil” itu sungguh mengesankan.

***

Baris di atas adalah sepenggal catatan harianku. Luapan rasa gembira, aneh, asing, bingung dan hal-hal lain yang sulit kubahasakan dengan kalimat satu, dua, tiga. Hehehe…

Setelah hampir dua minggu 2012-11-08 23.28.10aku tinggal di rumah seorang ibunda cantik nan solihah yang suaminya juga kuliah di Ankara – yang telah berkenan membantu dengan segenap pengorbanan- akhirnya tepat 15 hari setelah aku menumpang berhidup ria di rumah beliau, sore harinya aku resmi tinggal di Asrama pemerintah Turki, pihak pemberi beasiswa.

Siapa yang tidak akan merasa asing dan aneh ketika pertama kali datang di negeri yang kita belum pernah sama sekali mengunjunginya. Bahasa yang membuatku seperti melihat dunia ini begitu gelap, jalan-jalan yang buta, dan semua hal buta, karena memang tidak tahu satu pun makna dalam tulisan mau pun bahasa. Hehe, dan itu yang aku alami pertama kali tiba di Tanah Turkey ini. Meski aku menjalaninya dengan hati berbunga-bunga. Karena memang tempat ini adalah tanah impianku.

Devlet (asramaku) berwarna hijau muda. Pertama kali aku datang tepat pukul 06:00 sore di saat waktu makan malam. Aku datang setelah diantar oleh keluarga mbakku, dan Desy (salah seorang mahasiswi S1). Bisakah engkau membayangkan betapa asingnya dunia ini, ketika aku datang ke Asrama dimana Bahasa yang tidak aku ketahui sama sekali. Di asrama -yang kini aku lebih suka menyebutnya “Rumah Yesil”- tidak ada seorang pun berasal dari negeri yang sama denganku. Yah, saat itu dan juga saat ini, aku satu-satunya yang berasal dari Indonesia di rumah Yesilku.

Di Indonesia aku sudah terbiasa hidup jauh dari orang tuaku. 10 tahun lamanya aku hidup berpisah dengan keluarga besarku. Serampung kuliah dan bekerja 1,5 tahun akhirnya aku meninggalkan tidak hanya keluargaku untuk sepanjang-panjang tahun yang kesekian kalinya, tapi juga negeriku tercinta. INDONESIA. Dan sore itu adalah hari pertamaku aku benar-benar terlepas dari semua hal yang berhubungan dengan Indonesia.

Dengan segenap BISMILLAH aku memulai hariku di negeri nan asing. Aku yakin pada Allah, bahwa dari Rumah Yesil itulah kehidupanku yang sesungguhnya di mulai, Allah tengah membangun kekuatan jiwaku. Menempaku, untuk menjadi lebih kuat, untuk semakin lebih teguh, untuk semakin lebih mengerti, mengapa Allah menciptakan kehidupan ini dengan warna yang tidak sama. Tentu bukan tanpa sebab. Semua dalam perencanaan-Nya.

***

Aku tinggal di sebuah kamar, di Blok ke -2 pada sebuah nomor. Pertama kali kedatanganku, ini mengejutkan teman-teman asing berjumlah 4 orang di 2012-10-10 21.07.56ranjang bertingkat. Dan aku faham. Mereka seperti mengatur kedatanganku, seperti letak kasur, letak ini dan itu. Dan aku faham, mereka dan aku sama-sama mengalami Culture Shock, meski dua, tiga, empat hari, semua berjalan apa adanya, seperti air yang mengalir, saling menyayangi. Seperti saudara dan keluarga Indonesia. Aku menemukan cinta dari hari ke hari di kamar hijauku ini. Cinta yang kubangun bukan pada sebuah tuntutan. Tapi karena kita memberi, kita bersyukur, kita berbaik sangka pada Allah, dan itulah yang pada akhirnya membangun rasa kasih sayang di kamar hijauku. Di rumah hijauku ini. Terimakasih untuk keluarga baruku.

Ankara, 1 Desember 2012

***Bersambung…

Oleh : Evi Marlina Al-ardvici Kreatif

Mahasiswi Tomer 2012,

Kandidat Master EigtimPsikolojisi

Ankara University

Leave a comment