#Edisi 20 Al-akh Abdul Aziz -Kahramanmaras-Sepuluh Malam Terakhir

-Pesona Kabar Ramadahan dari Turkey-
Catatan Sang -Penakluk Sejarah-

10 Malam Terakhir

Oleh : Al-Akh Abdul Aziz

[Kahramanmaras]

Kahramanmaraş_

Suasana Pusat Kota, kahramanmaras

Deretan saf itu tidak berkurang, malah semakin ramai terlihat. Apa yang Allah janjikan di sepuluh hari terakhir ini? Hingga mereka tanpa ragu memenuhi barisan saf ini. “Turki sekuler”, negara ini terkenal sekuler namun lihatlah keadaan di akhir sepuluh malam Ramadhan ini. Sentuhkan hati kita dengan pemandangan lembut yang menyapa ini.

“Lailatul Qadar, malam terbaik dari seribu bulan. Ya Rabb, perkenankan kami untuk dipertemukan.” Amin.

İya, meski pada tanggal 27 Ramadhan kalender tahunan sudah tertulis dengan ‘malam lailatul qadar’ kita belum tahu pasti akan perkiraan manusia ini. Mungkin bisa jadi iya, bisa jadi tidak, wallahu a’lam. Rasulullah s.a.w hanya mengatakan carilah lailatul qadar di malam ganjil pada salah satu di antara sepuluh malam terakhir.   

İni adalah tahun ketiga saya di Turki, yang berarti sudah tiga Ramadhan terlewati. Di tahun pertama ramadhan, saya diundang ke sebuah kota bernama Adıyaman, di kota ini akan diadakan sebuah acara malam peringatan lailatul qadar. Saya tidak sendiri, ada Jaini sahabat İndonesia, dan Muhammad dari Uganda. Kami mendapatkan kehormatan untuk membacakan Al-qur’an dan ilahi—sejenis nasyid berbahasa Turki. Acaranya bukan di sebuah mesjid besar atau stadion besar, melainkan di puncak sebuah bukit yang berdekatan dengan sebuah makam sahabat yang bernama Safwan Bin Muattal, wallahu a’lam dengan kesahihan pendapat ini. Subhanallah, tempat ini sangat ramai dengan pendatang. Semua membawa keluarga, menggunakan mobil pribadi, bahkan ada yang datang dengan rombongan mobil angkut barang, lalu mereka mencari tempat untuk duduk bersama keluarga, berbuka puasa dan mengikuti acara. Acara bertambah meriah lagi dengan kehadiran dua orang tamu besar, tamu undangan dari mesir, dua orang Qari yang akan melantunkan ayat-ayat Allah dengan begitu indahnya.

Tahun kedua, ramadhan dan lailatul qadar bertepatan dengan keberadaan saya di tanah air. Tentu kita tahu banyaklah bagaimana acara dan kegiatan yang biasanya dilakukan masyarakat İndonesia. Makanya saya tidak menceritakan, lanjut. Tahun ketiga, saat ini sedang saya jalani, tinggal beberapa hari lagi perpisahan mengharukan akan menghampiri, ditinggal pergi oleh Ramadhan yang penuh berkah.

Seminggu sebelumnya saya sudah terikat janji. Ada seorang abi  mengajak kami agar bersedia menghadiri acara yang diadakan di sebuah kota Andırın, sebuah kota di provinsi Kahramanmaraş. Jujur, susah menolak ajakan mereka yang dihaturkan dengan halus. Saya tahu acara tidak hanya satu, melainkan ada banyak di tempat yang berbeda-beda. Akhirnya, saya dan kawan-kawan menyetujui.

Mendekati malam 27 Ramadhan ada beberapa abi lain menghubungi dengan harapan dan permohonan yang sama.  Jujur, lagi-lagi kami kesulitan menolak ajakan mereka. Akhirnya kami memutuskan membagi tempat, saya dan Jejen ke kota Andırın, dan untuk ke tempat yang satu lagi si Syams yang akan pergi. Sebenarnya tidak ada keistimewaan khusus yang ada pada kami. Kami hanya bisa membaca Al-qur’an saja. Namun yang mereka tunggu ternyata bukan bagus atau merdunya suara kami. Mereka hanya ingin saudara seiman yang datang dari negara lain ini ikut duduk bersama dan saling bertatap muka, senyum dan berbagi doa. İtu saja. Subhanallah.

Ada beberapa abi lain yang kami sayangkan, karena sudah kami tolak ajakan mereka. Alhamdulillah, mereka memahami dengan baik. Setiba dari acara pagi tadi (04/08/2013) kami sempat bertanya tentang bagaimana acara yang belum sempat kami hadiri.

“Tadi malam apa saja acaranya bi,” tanyaku mengintrogasi.

“Seperti biasa, sholat tarawih bersama, lalu ada sholat tasbih, sholat hajat, doa bersama, ada yang sholat qadha’ dan ditutup dengan sahur bareng kemudian setelahnya sholat subuh berjamaah.” Ucap Mesut abi dengan pelan.

“Subhanallah, sayang sekali kami gak bisa ikut bi.” Ucap saya menyesal tidak bisa menerima ajakannya.

Berbeda dengan cerita si Syams yang mendatangi undangan di tempat lain. Setelah saya tanya, malam peringatan yang dia ikuti berlangsung wah dan mantap. Selain dari segi ibadah yang mengisi iman di dalam hati, ada segi hidangan yang memikat hati dan mengisi sisa kosong dalam karni/perut.

“Tadi malam saya diminta membaca Al-qur’an dan saya membacakan beberapa surah seperti Annaba, AlMuzammil, dan Yasin. setelah itu sholat isya’ pun ditunaikan dilanjutkan dengan sholat tarawih berjamaah,”tuturnya.

“İbadah sholat tarawih dipimpin seorang Hafiz, dia melantunkan dengan tenang. Apalagi setelah dilengkapi dengan doa setelahnya,” tambahnya lagi.

“Lalu disambung break sejenak ditemani çay/teh hangat dan beberapa ikram/suguhan yang lain seperti buah-buahan dan eskrim Kahramanmaraş. Sambil menikmati hidangan kami juga menikmati suara-suara merdu pemuda Turki dengan ilahi/nasyid berbahasa Turki yang mereka bawakan. Di ujung malam itu acara berakhir dengan sholat tasbih yang dipimpin oleh seorang ustad dari luar, beliau juga bersuara merdu. Malam pun seakan tenang dan hati kami tentram.”

“Kami pun pulang ke rumah dengan beberapa hadiah berupa peci, buku doa-doa dan tasbih.”

Saya dan jejen. Kami mendapat jemputan, tepat sekitar pukul 17.00 sepertinya. Perjalanan memakan waktu satu jam setengah dari kota Kahramanmaraş Merkez ke kota Andırın. Perjalanan kami melewati jalanan pegunungan yang sangat terjal. Namun yang saya suka, saya bisa menikmati pemandangan dengan tenang tanpa ada gangguan kerusakan jalan. Di Turki jalanan transportasi sangat bagus, sampai saat ini alhamdulillah saya belum pernah mengeluh akan kerusakan jalan yang sangat parah.

Kami tiba sekitar pukul 19.15, waktu sudah sangat mendekati waktu iftar. Ketika kami sampai di sebuah asrama, azan berkumandang dan kamipun menikmati hidangan buka puasa yang sederhana.

Acara lailatul qadar kali ini dihadiri oleh orang-orang penting kota Andırın. Kebanyakan mereka adalah esnaf/pedagang toko besar dan kecil. Acara dimulai dengan sholat Maghrib berjamaah, diimami oleh seorang Hafiz dari Suriah dan dimuazzini oleh seorang pelajar dari İndonesia, saya sendiri. Alhamdulillah, sholat jamaah telah kami tunaikan. Setelahnya ada wejangan dari seorang Hoca di asrama itu. Ceramah/Sohbet tidak terlalu panjang, saya melihat semua orang waktu itu begitu hikmat menikmati wejangan lembut dari Hoca. Saya pun ikut terbawa dan teringatkan bahwa lailatul qadar itu sangat penting dan harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Ceramah pendek pun usai. Kami dimintai untuk memperkenalkan diri, menceritakan asal-usul datang ke Turki, dan seterusnya. Setelah kami, seorang Suriah tadi juga memperkenalkan diri dengan bahasa Arab ditemani dengan penerjemahnya. Dia seorang Hafiz, waktu di Suriah dia adalah seorang İmam masjid yang juga seorang tukang kayu. Dia ahli dalam bidang hadis. Akhir kalam, dia menyampaikan sebuah hadis.

Suatu ketika Sayyidatuna Aisyah r.a bertanya kepada Rasulullah s.a.w, “Jika saya menjumpai lailatul qadar, apakah yang akan saya kerjakan? Rasulullah menjawab, “Bacalah doa ini Allahumma innaka ‘afuwwun karim tuhibbul ‘afwa wa’fu anni.”

Ya Rabb, begitu indahnya perkumpulan ini. Semua bebas memberikan nasehat, semua bebas mendengarkan dengan hikmat. Seakan rahmat dan kasih sayang Allah sedang turun di tengah-tengah perkumpulan ini.

Lalu kami pun mengerjakan Sholat isya’ dan tarawih berjamaah. Sayang, ditengah rakaat sholat tarawih saya tidak kuasa menahan sakit yang bersarang di kepala. Saya mengundurkan diri dan menuju ke sebuah ruangan tamu lalu beristirahat.

Usainya acara pun terdengar, Jejen sedang membacakan doa dengan syahdu, seperti ada suara tangisan. Jamaah pun bubar, terdengar suara sapaan dari mulut mereka seperti doa untuk keberkahan malam itu dan mereka mulai menuju rumah masing-masing. Ketika Jejen datang ke kamar, saya bertanya, “Acara sudah selesai?”

“Sudah, setelah sholat hajat 4 rakaat dan doa mereka pulang.”

İtulah cerita di kota Andırın, Kahramanmaraş. Pagi harinya kami kembali ke rumah dan beristirahat. Pagi itu kami sempat membaca koran yang datang. Semuanya bercerita tentang malam lailatul qadar, jamaah yang membludak dan masjid-masjid yang tidak muat. Owh iya, sepanjang malam itu hape saya tidak berhenti berbunyi, hampir semua kenalan dari teman kampus, adik-adik kelas, guru, dan lain-lain mengirimkan pesan singkat berisi doa dan ujungnya bertuliskan “Geceniz mübarek olsun!” semoga malam anda penuh berkah.

Apakah lailatu qadar sudah turun? Wallahu a’lam. Kami  dan semua muslim dunia masih mencari malam paling berkah ini. Mungkin saja malam itu akan turun di hari-hari terakhir ramadhan kali ini. Mudah-mudah kita menjadi salah satu yang beruntung dijumpai oleh lailatul qadar. Amin.

Tulisan disusun oleh Tim “Penakluk sejarah”
LKS Mit-ers [miturki.wordpress.com]

Hak Cipta : Tim Penakluk Sejarah LKS Mit-ers
Sumber Foto : Google.com

Leave a comment