Adi Surya

Jadikan Hidup Lebih Bermakna

Alangkah baiknya apabila orang kembali mengatur dirinya dari waktu ke waktu, meneliti seluruh bagian dirinya untuk dapat mengetahui segala macam kekurangan. Lalu merumuskan program jangka pendek dan panjang untuk membebaskan dirinya dari segala hal yang merendahkan.”

(Muhammad Al Ghazali dalam kitabnya Jaddid Hayataka)

 

Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah ada 4 sikap manusia terhadap perencanaan :

1. Merencanakan kemudian berhasil maka ia orang yang sukses

2. Merencanakan kemudian tidak berhasil maka ia juga termasuk orang yang sukses

3. Tidak merencanakan dan berhasil maka ia termasuk orang yang beruntung/kebetulan

4. Tidak merencanakan dan tidak berhasil maka ia termasuk orang yang gagal

Membuat perencanaan merupakan setengah dari pekerjaan itu sendiri. Itulah sebabnya mengapa orang yang membuat perencanaan namun tidak berhasil tetap dikatakan sebagai orang yang sukses. Karena dengan membuat perencanaan kita sudah meletakkan tujuan, target dan bagaimana langkah untuk melaksanakan rencana kita. Dengan perencanaan, maka kita akan melakukan suatu pekerjaan dengan lebih terarah, teratur dan rapi. Kita akan lebih semangat untuk mencapai cita-cita dan tujuan kita.

Sebaliknya, tanpa perencanaan kita akan bersantai-santai. Tidak optimal dalam berusaha sehingga potensi yang Allah berikan berupa jasad, akal dan hati tidak kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Bagaimana mungkin kita berharap masuk surga jika hidup kita masih bersantai-santai. Mujahid dan mujahidah perindu surga tak pernah bersantai di dunia. Dunia adalah tempat beramal dan tempat santai menikmati hasilnya ada di surga.

Bagaimana Nanti atau Nanti Bagaimana?

Inilah perbedaan antara orang yang membuat perencanaan dan yang tidak. Orang yang membuat perencanaan akan berfikir ‘Nanti Bagaimana?’ Dengan demikian ia akan memiliki rencana ke depan, siasat dan strategi untuk mencapai tujuan hidupnya.

Sebaliknya orang yang tidak membuat perencanaan berfikir ‘Bagaimana nantisaja lah’ Kalau sudah terjadi baru akan difikirkan apa yang dilakukannya, pasrah terhadap masa depan tanpa adanya upaya untuk mempersiapkan diri. Ini ibarat orang yang mau perang tapi tidak mempunyai persiapan perbekalan dan senjata. Nanti saja lah kalau sudah ketemu musuh baru dipikir mau dilawan pake apa. Gubrak…

Bicara masalah perencanaan hidup, saya tergolong orang yang agak terlambat membuatnya. Saya baru sadar tergerak untuk membuat planning hidup setelah ditegur oleh seorang teman. Beliau mengkritik saya karena saya tidak punya perencanaan hidup secara rinci tertulis dan terukur. Beliau menceritakan bahwa rencana yang dia buat banyak yang berhasil. Sedangkan saya sulit mengukur keberhasilan karena tidak membuat perencanaan yang rinci. Memang saya juga punya rencana-rencana besar dan kecil, tapi karena tidak dituangkan dalam tulisan jadi seringkali rencana-rencana itu terlupakan dan tak terfikir untuk mengejar target-target yang tertinggal.

Tapi dalam hidup tak ada kata terlambat untuk memulai. Maka saya mulai membuat visi dan misi hidup disertai dengan usaha-usaha untuk mencapainya, lengkap dengan target baik jumlah maupun waktu sampai dengan 3 tahun mendatang. Dengan demikian kami bisa mengukur keberhasilan dengan ukuran-ukuran yang saya tetapkan sendiri.

Firman Allah SWT.” Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)

Hidup di dunia hanya sekali, maka hendaknya kita merencanakan hidup ini agar hanya kita isi dengan ibadah semata. Perencanaan merupakan sunnatullah, sehingga siapa saja yang tidak melakukan perencanaan dengan baik apakah dia orang beriman atau orang kafir maka akan menuai berbagai masalah bahkan kegagalan. Kata orang bijak gagal merencanakan berarti merencanakan kegagalan.

Ayo, menata hidup untuk lebih baik.

by: Adi Surya (Peneliti bidang Pertanian, Cukurova Universitesi)

Leave a comment